INFORMASI PUBLIK

Majalah internal Divisi Regional Janten (DADALI) kini telah tersedia dan dapat di download dengan format PDF

PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JABAR & BANTEN

  • Menuju Kehumasan Perum Perhutani Divisi Regional Janten Yang Handal
  • Rapat kepengurusan Pramuka Sakawanabakti (Munuju generasi muda yang mulia)
  • Apel siaga pengamanan hutan dan kesemaptaan Divisi Regional Jawa Barat & Banten tahun 2014
  • Kegiatan persemaian bibit pohon guna reboisasi
  • Kegiatan Penanaman Pohon guna Reboisasi dan rehabilitasi lahan
  • Kegiatan jumpa pers bersama wartawan media cetak & elektronik se Jawa Barat

Senin, 23 Desember 2013

Spesies RTE KPH Cianjur

SATWA RTE KPH CIANUR

Jenis Satwa / Fauna hasil survey Biodiversity KPH Cianjur, ditemukan jenis Mamalia 25 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,349 - 2,035, pada Herpetofauna ditemukan 38 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,433 - 2,768, pada Aves ditemukan 110 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,446 - 4,368.

Spesies yang masuk pada kategori Vulnerable, Near Treathned, Endangered dan Critically Endangered, pada Red List IUCN, atau termasuk pada Cites Apendices I dan II, atau masuk pada list aturan PP. nomor 7 tahun 1999, dikategorikan sebagai Satwa RTE, sebagaimana datar pada tabel berikut :

Spesies Satwa RTE KPH Cianjur

Satwa RTE KPH Cianjur sebanyak 41 Spesies, pada Mamalia 16 jenis, Herpetofauna 7 jenis dan Aves 18 jenis, yang termasuk pada kategori Critically Endangered 1 (satu) spesies yaitu Macan Tutul (Panthera pardus Melas) sebagaimana identifikasi HCVF pada NKT 1.2. Spesies Hampir Punah.

Untuk kategori Endangered terdapat 3 jenis yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), Peusing Manis javanica dan SuriliPresbytis comata, dari ke-3 jenis tersebut yang termasuk pula pada Cites Appendices I adalah jenis Owa Jawa, sebagaimana identifikasi HCVF pada NKT 1.2. Kawasan yang Merupakan Habitat Bagi Populasi Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup (Viable Population).

Adapun Spesies Interes KPH Cianjur berdasarkan hasil pengolahan Sensitifitas Indeks, Derajat Keberadaan dan Derajat Kelangkaan, ditemukan jenis dengan Umbrella Indeks tertinggi pada masing-masing Kelas satwa, sebanyak 3 (tiga) spesies, yaitu Macan Tutul (Panthera pardus melas) Elang Ruyuk (Spilornis cheela) dan Ular Sanca Bodo (Python molurus)

Home Range dan Koridor Satwa

Home Range / Wilayah Jelajah satwa yang termasuk pada Critically Endangered, Endangered + Cites Apendices I dan Spesies Interest, yaitu Macan Tutul (Panthera pardus Melas) seluas 478,12 ha, Owa Jawa (Hylobates moloch)2341,76  ha, Elang Ruyuk (Spilornis cheela) seluas 1.176,92 ha dan Ular Sanca Bodo (Python molurus) seluas 373,86 ha.

Kawasan Perlindungan KPH Cianjur seluas 34.033,07 ha atau sekitar 48,57 % dari luas total kawasan, merupakan kawasan yang disediakan untuk habitat satwa, pengaturan tata air, keragaman hayati dan perlindungan setempat, koridor yang menghubungkan antar tiap lokasi petak kawasan perlindungan bagi home range / koridor satwa, berupa kawasan hutan, sungai dan pegunungan yang terkonsentrasi pada Kawasan Biodiversity KPH Cianjur berada di wilayah kelompok hutan gunung Kendang Kidul, Gunung Karang, Gunung Hanjawar dan Hutan Cibarengkok-Simpang.

Koridor home / range berupa sungai, hutan dan terkonsentrasi pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Cagar Alam Talaga Warna yaitu pada Kelompok hutan Batu Tumpang, Mega Mendung, Gunung Beser, Gunung Kancana, Gunung Jampang Manggung dan Gunung Dinding Ari, Koridor / home range yang terpisah pada wilayah hutan kph cianjur bagian selatan, pada kelompok hutan Cipandak, Cidaun, Simpang, Salatri, Pasir Galing dan Gunung Subang dengan koridor, berupa hutan pesisir, muara dan sungai besar.

Macan Tutul ( Panthera pardus melas )

Berdasarkan hasil survey biodiversity KPH Cianjur ditemukan jenis Aves 110 Species, Amfibi 20 Species, Reptil 18 Species dan Mamalia 25 Species, dari sejumlah Species yang ditemukan tersebut terdapat 41 Species yang termasuk pada Species RTE baik yang dilindungi Peraturan Pemerintah, IUCN atau pada Cites Appendices, dari sejumlah Species yang ditemukan terdapat 1 (satu) Species berdasarkan Red List IUCN masuk pada kategori Critically Endangered, yaitu Macan Tutul / Macan Kumbang (Panthera pardus melas).

Hasil Survey Biodiversity, di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur ditemukan jenis Macan Tutul di wilayah hutan alam Cibarengkok, berupa jejak, kotoran, sarang ataupun perjumpaan baik petugas lapangan atau masyarakat di sekitar hutan. Hutan alam Cibarengkok yang berada di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur, merupakan daerah penyangga secara tidak langsung bagi kawasan Cagar Alam Gunung Simpang yang merupakan kawasan konservasi, karena tidak berbatasan langsung dan terpaut jauh akan tetapi masih satu deret pegunungan dan satu kelompok hutan. Dilihat dari topografi lapangan wilayah hutan Cibarengkok, merupakan satu baris hutan pegunungan dengan Gunung Patuha dan Malabar, begitupun hutan Angkola yang merupakan satu deret pegunungan Gunung Bengbreng dari wilayah hutan Gunung Simpang. Sebagai top predator di hutan, Macan Tutul memiliki peranan penting dalam ekosistem yang kompleks. Salah satunya sebagai pengendali populasi suatu spesies tertentu yang akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem.

Owa Jawa ( Hylobates moloch )

Adapun di wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Cianjur hasil Survey Biodiversity, jenis Primata Owa Jawa (Hylobates moloch) ditemukan di beberapa lokasi kawasan hutan alam KPH Cianjur yang merupakan Kawasan Perlindungan, di wilayah kawasan biodiversity KPH Cianjur peruntukan habitat bagi Owa Jawa yaitu di hutan alam Cibarengkok pada petak 54D, 55A dan 57A seluas 2.341,76 ha RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok.

Elang Ruyuk ( Spilornis cheela )

Berdasarkan hasil pengolahan data Survey Biodiversity, Elang Ruyuk (Spilornis cheela) mempunyai nilai Umbrella Indeks tertinggi pada Aves, jenis ini dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999, sebaran habitat populasi species ini di wilayah kawasan biodiversity KPH Cianjur pada petak 48 dan 1b luas 1.176,92 ha BKPH Sukanagara Utara dan Cibarengkok.

Ular Sanca Bodo ( Python molurus )

Ular sanca bodomerupakan species dengan nilai Umbrella Indeks tertinggi pada kelas Herpetofauna, merupakan species interest KPH Cianjur, dengan sebaran populasi habitat di wilayah kawasan biodiversity KPH Cianjur, tepatnya di hutan alam Gunung Hanjawar, termasuk salah satu binatang langka yang dilindungi undang-undang di Indonesia, berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999, dengan status konservasi pada Red List IUCN NT (Near Threatened) atau mendekati terancam.

Hasil Survey Biodiversity di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur ditemukan jenis Ular sanca bodo (Python molurus)di wilayah hutan Gunung Hanjawar pada petak 1B luas 373,86 ha RPH Hanjawar Timur II BKPH Cibarengkok, yang dialokasikan sebagai habitat Ular Sanca Bodo

Flora RTE KPH Cianjur


Hasil Analisa Vegetasi


Jenis Vegetasi hasil survey Biodiversity KPH Cianjur, ditemukan jenis Tumbuhan Bawah 290 Jenis dengan Indeks Keragaman antara 1,767 - 3,668, pada tingkat Semai ditemukan 283 jenis dengan Indeks Keragaman antara 0,453 - 3,822 pada tingkat Pancang ditemukan 323 jenis dengan Indeks Keragaman 0 - 3,965, pada tingkat Tiang ditemukan 260 jenis dengan Indeks Keragaman 0 - 3,664 pada tingkat Pohon ditemukan 248 jenis dengan Indeks Keragaman 0 - 3,616.

Dari jenis Vegetasi yang ditemukan, yang merupakan tumbuhan berkayu (tingkat Semai, Pancang, Tiang dan Pohon) sebanyak 352 jenis / spesies, dari sejumlah spesies tersebut, yang merupakan spesies indigenous / lokal sebanyak 328 jenis, dan yang merupakan spesies eksotik sebanyak 24 jenis

Flora RTE


Hasil pengolahan status konservasi dari vegetasi yang ditemukan, melalui situs http://www.iucnredlist.org/ online (Red List IUCN, Ver 2.3.), Cites Apendices melalui situs http://www.cites.org/eng/app/index.shtml, dan PP nomor. 7 tahun 1999, ditemukan Flora RTE baik pada Hutan Alam atau Hutan Tanaman, yang masuk pada kategori RTE hanya terdapat 3 (tiga) jenis yaitu Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume)-CR, Ki Pelah(Canarium kipella Miq)-EN, dan Ki Tenjo / Tenjo laut (Anisoptera costata Korth)-EN.

Adapun ke-3 jenis lainnya yaitu Damar (Agathis dammara (Lamb.) Rich.), Mahoni (Swietenia macrophylla King.) dan Pinus (Pinus merkusii  Jungh.& De Vr), merupakan jenis RTE pada hutan asli-nya, akan tetapi oleh Perhutani di Jawa dibudidayakan sebagai Hutan Tanaman.

Ki Pelah ( Canarium kipella (Bl.) Miq. )


Berdasarkan hasil survey Biodiversity KPH Cianjur, pada tingkat vegetasi kawasan lindung, dengan menggunakan jalur transek Analisa Vegetasi sepanjang 500 m lebar 20 m, ditemukan jenis Ki Pelah (Canarium kipella (Bl.) Miq.), hanya 3 jenis di petak 54 d luas 1.302,34 ha kelas hutan HL (Hutan Lindung) dengan vegetasi Hutan Alam di RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok pada tingkat Semai (ukuran plot 2 x 2 m2) pada plot 5, 1 jenis dan pada tingkat Pancang (ukuran plot 5 x 5 m2) pada plot 5, 2 jenis.

Ki Tenjo ( Anisoptera costata Korth )

Berdasarkan hasil survey Biodiversity KPH Cianjur, pada tingkat vegetasi kawasan lindung, dengan menggunakan jalur transek Analisa Vegetasi sepanjang 500 m lebar 20 m, ditemukan jenis Ki Tenjo (Anisoptera costata Korth) atau biasa juga disebut Tenjo Laut oleh masyarakat sekitar, hanya 2 jenis pada tingkat Pancang (ukuran plot 5 x 5 m2) pada plot 3, di petak 54 d luas 1.302,34 ha 1 jenis, dan pada plot 2 di petak 63 c luas 119,52 ha 1 jenis, kelas hutan HL (Hutan Lindung) dengan vegetasi Hutan Alam di RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok.

Selain ditemukan dari hasil survey Biodiversity, berdasarkan hasil pengamatan Mandor RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang, ditemukan jenis Ki Tenjo (Anisoptera costata Korth), pada petak 73 b kelas hutan HL (Hutan Lindung) dengan vegetasi Hutan Alam luas 149,74 ha RPH Simpang Timur BKPH Sindangbarang dengan tinggi tegakan + 30 meter keliling 380 cm, ditemukan hanya 1 jenis.

Palahlar ( Dipterocarpus hasseltii Blume )

Berdasarkan hasil survey Biodiversity KPH Cianjur, pada tingkat vegetasi kawasan lindung, dengan menggunakan jalur transek Analisa Vegetasi sepanjang 500 m lebar 20 m, ditemukan jenis Palahlar (Dipterocarpus hasseltii Blume), di RPH Jati BKPH Ciranjang Selatan sebanyak 59 individu di petak 35 r luas 24,30 ha, pada tingkat Semai, Pancang, Tiang dan Pohon sebanyak 54 individu, dan di petak 26 I luas 45,55 ha sebanyak 5 individu pada tingkat Tiang dan Pohon.

Pengelolaan Target Konservasi

kawasan lindung KPH Cianjur terbagi menjadi 3 (tiga) kawasan berdasarkan aturan Pengelolaan Kawasan Lindung pada Keppres. 32 tahun 1990, yaitu, (1) Kawasan yang merupakan Hutan Lindung (HL) berdasarkan penetapan SK. Menhut No. 195/Kpts-II/2003 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Jawa Barat tanggal 4 Juli tahun 2003 seluas 24.259,76 ha, selanjutnya (2) Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) yang merupakan kawasan bagi perindungan sempadan sungai, mata air, waduk, pantai dan sempadan jurang seuas 3.180,42 ha, dan (3) Kawasan Perlindungan Khusus, merupakan kawasan yang diperuntukan oleh Manajemen sebagai area konservasi, seluas 6.592,89 ha, terdiri dari Hutan Alam, Wana Wisata dan Situs Budaya.

Proses SCP (Site Conservation Planning) merupakan salah satu metode yang dikembangkan oleh TNC (The Nature Conservancy) untuk identifikasi target konservasi beserta pengelolaan dan pemantauannya yang di implementasikan di KPH Cianjur.

Sebagai implementasi dari kegiatan tindak lanjut identifikasi kawasan bernilai konservasi tinggi, KPH Cianjur sedang melaksanakan kegiatan SCP pada 9 target konservasi (Hutan Lindung, Hutan Alam, Gua, Sempadan Mata Air, Sempadan Sungai, Sempadan Waduk, Sempadan Pantai, Sempadan Jurang dan Spesies Interest), dalam tahap pengolahan data.

Adapun output implementasi dari kegiatan SCP sudah dilaksanakan patroli pengamanan lokasi kawasan hutan yang merupakan target konservasi yang rawan gangguan keamanan hutan, baik di koordinir oleh Polisi Hutan tingkat KPH Cianjur, pengamanan bersama dengan Kepolisian Negara, ataupun pada internal wilayah BKPH (Polisi Teritorial Kehutanan).

Selain kegiatan Patroli, dilakukan dengan rehabilitasi kawasan yang terdapat gangguan / tekanan, melalui pengkayaan jenis tanaman dengan rimba campur, baik pada kawasan hutan lindung, hutan alam ataupun kawasan sempadan pada KPS, pada hutan lindung sudah dilakukan pengkayaan seluas 655,26 ha pada tahun 1988, 1990, 1998, 2003, 2004, 2006 dan tahun 2007.

Pada hutan lindung sudah dilakukan pengkayaan seluas 1.283,11 ha pada tahun 1994, 1995, 2002, 2004, 2005 dan tahun 2007, dengan jenis rimba campur seperti rasamala, pulai, puspa, pasang, suren, dll. Adapun rencana pengkayaan berdasarkan proses SCP seluas 816,02 ha, terdiri dari hutan alam seluas 295,61 ha, hutan lindung seluas 153,93 ha dan pada kawasan sempadan sungai, mata air, danau dan mangrove seluas 366,48 ha, yang sudah masuk pada RTT tahun 2012.

Selain rehabilitasi proses implementasi penerapan target konservasi melalui sosialisasi-sosialisasi (KPS, Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar, Satwa RTE, Bahan Kimia, dll.) pada aparat petugas lapangan dan masyarakat desa hutan, juga telah dipasang Plang larangan dan informasi pada lokasi petak target konservasi.

Selain berupa sosialisasi, patroli pengamanan, rehabilitasi, pemasangan plang, pada lokasi KPS juga sudah dilakukan identifikasi kondisi KPS, sebagai dasar penentuan rencana pengelolaan selanjutnya pada lahan KPS berupa berbatu atau berupa jurang, dengan kondisi lahan dengan tegakan yang sedikit akan tetapi mempunyai tumbuhan bawah dan tingkat semai sampai dengan pancang yang cukup rimbun dipertahankan, pada tegakan lahan datar dengan tegakan yang sedikit dilakukan rencana pengkayaan, selain itu pada lahan yang digarap masyarakat baik berupa lahan garapan, kebun atau sawah, ditindaklanjuti dengan perintah meninggalkan lahan garapan, dengan surat Administratur / KKPH Cianjur kepada Asper / KBKPH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar